Jumat, 13 Oktober 2017

Derivat Fenotiazin


Derivat Fenotiazin
Farmakodinamik : Salah satu derivat dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin. CPZ (largactill) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactill diambil dari kata large action.
 Sususan Saraf  Pusat : CPZ  menimbulkan efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangasangan lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emisinal penderita sebelum minum obat.  Klorpromazin berefek antispikosis terlepas dari efek sedasinya. CPZ menimbulkan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga dimiliki oleh obat obat lain, misalnya barbiturat, narkotij, memprobamat, atau klordiazepoksid. Bebeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencengah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang obat. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi gangglia basal, sehimgga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal ).CPZ dapat mempengaruhi atau mencengah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemo reseptor trigger zone. Muntah disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler.fenotiazin terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunanya pada pasien epilepsi harus berhati-hati.
Otot Rangka: CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada daam keadaan spastik. Cara kerjanya relaksasi ini diduga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.

Farmakokinetik:
Kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalamimetabolisme lintas pertama. Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg).Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.

Mekanisme kerja:
Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.

Efek samping:
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endrokin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecual klozapin enimbulkan hiperprolaktinea lewat penghambatan efek sentral dopamin.batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnyamerupaan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul,berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Kardiovaskular: CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
·          Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang dihambat oleh CPZ;
  • CPZ berefek a-bloker;
  • CPZ menimbulkan efek intropotik negatif pada jantung
Pertanyaan
1.       Bagaimana metabolisme dari fenotiazin ?
2.       Bagaimana struktur dari fenotiazin?
3.       Berapa dosis yang dianjurkan untuk obat ini ?
4.       Bagaimana mekanisme fenotiazid bisa menimbulkan efek samping menghambat ovulasi dan menstruasi?
5.       Apa efek samping yang sering timbul dari CPZ ?
6.       Apakah obat ini dapat dikonsumsi oleh ibu hamil ?
7.       Apa saja interaksi obat dan makanan dari obat ini ?

14 komentar:

  1. 1. Fenotiazin dimetabolisme di hati oleh enzim CYP2D6 p450

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menanbahkan jawaban kak aisyah yaitu Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat farmakologis obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-sel hati. Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran pencernaan, paru-paru, ginjal, dan kulit.

      Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.

      Reaksi oksidasi akan mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini mengakibatkan beberapa senyawa yang tidak aktif (pro drug) secara farmakologi menjadi senyawa yang aktif. Juga, senyawa yang lebih toksik/beracun dapat terbentuk melalui reaksi oksidasi ini. Reaksi fase II, disebut pula reaksi konjugasi, biasanya merupakan reaksi detoksikasi dan melibatkan gugus fungsional polar metabolit fase I, yakni gugus karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang terjadi melalui reaksi metilasi, asetilasi, sulfasi, dan glukoronidasi. Reaksi fase II akan meningkatkan berat molekul senyawa obat, dan menghasilkan produk yang tidak aktif. Hal ini merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme obat pada fase I.

      Metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia, genetika, nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim yang terlibat dalam proses metabolisme obat. Selain itu, faktor patologis (penyakit pada hati atau ginjal) juga berperan dalam menentukan laju metabolisme obat.

      Referensi:

      Liston HL, Markowitz JS, DeVane CL (October 2001). “Drug glucuronidation in clinical psychopharmacology”. J Clin Psychopharmacol. 21 (5): 500–15.

      Hapus
  2. 6. Wanita hamil sebaiknya menghindari penggunaan chlorpromazine, kecuali atas anjuran dokter. Obat ini dapat memperpanjang proses bersalin dan berpotensi memicu gejala putus obat pada bayi yang baru lahir.

    BalasHapus
  3. 5. Chlorpromazine berpotensi menyebabkan efek samping, sama halnya dengan obat-obatan lain. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat mengonsumsi antipsikotik ini adalah:

    Pusing atau sakit kepala.
    Mengantuk.
    Pandangan kabur.
    Mulut kering.
    Mual.
    Gemetaran.
    Gelisah.
    Perubahan berat badan.
    Sulit tidur.
    Perubahan emosional.
    Penurunan gairah seks.
    Payudara yang membesar.
    Gangguan menstruasi.
    Detak jantung yang cepat.
    Konstipasi atau diare.
    Sulit buang air kecil.

    BalasHapus
  4. 1. Dari sumber yang saya baca , Fenotiazin dimetabolisme dihati oleh enzim enzim hati menjadi metabolit fenotiazin. Metabolit ini dapat dideteksi di dlm urin beberapa bulan setelah obat dihentikan pemakaiannya. Metabolit ini dapat menimbulkan warna urin menjadi merah muda sampai coklat yang tidak berbahaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mau menambahkan bahawa fenotiazin sendiri mengalami first pass metabolism, sehingga obat ini memang alan dimetabolisme dihati, dan membuat bioavaibilitasny berkurang

      Hapus
  5. 2. Struktur dari fenotiazin yakni terdiri dari 3 struktur cincin dengan 2 cincin benzene dihubungkan oleh cincin dengan atom sulfur dan nitrogen. Adapun rumus molekul fenotiazin adalah C12H9NS.

    BalasHapus
  6. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3 terkait dosis yang dianjurkan intuk CPZ,menurut MIMS Indonesia dosis obat ini adalah

    Adult : PO Intractable hiccup Initial: 25-50 mg 3-4 times/day for 2-3 days. Psychoses 25 mg 3 times/day. Maintenance: 25-100 mg 3 times/day, increased to ≥1 g/day if needed in psychotic patients. IM Psychoses 25-50 mg 6-8 hrly. Nausea and vomiting Initial: 25 mg via IM inj, followed by 25-50 mg 3-4 hrly until vomiting stops. Rectal Psychoses As supp: 100 mg 6-8 hrly .

    BalasHapus
  7. 4. Dari buku yang saya baca, mekanisme efek samping fenotiazin yaitu menghambat ovulasi dan menstruasi karena obat tersebut mempengaruhi pada saraf hipotalamus di otak.

    BalasHapus
  8. no 1
    Efek samping yang umum dilaporkan mencakup mengantuk, sakit kepala, peningkatan asam lambung, gangguan penglihatan, mulut kering, dan mudah tersinggung.
    Efek samping lain, seperti jantung berdebar, sesak nafas, kesulitan buang air kecil atau kesulitan bernapas, harus segera dilaporkan ke dokter.
    yang sering terjadi : mengantuk dan mulut kering

    BalasHapus
  9. no 1
    Fenotiazin dimetabolisme di hati oleh enzim CYP2D6 p450 karena Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen.

    BalasHapus
  10. Saya akan menjawab pertanyaan no. 7
    Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal

    BalasHapus
  11. no 5
    Efek samping CPZ jarang menyebabkan demam, akan tetapi efek sampingan CPZ yang sering timbul adalah : sakit kepala, pusing, mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, mual, gemetaran, gelisah, sulit tidur, perubahan emosional, dsb.

    Demam sendiri biasanya timbul oleh karena masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh sehingga akhirnya menimbulkan infeksi. Cobalah untuk mengonsumsi obat pereda demam seperti paracetamol terlebih dahulu apabila tidak terdapat kontraindikasi terhadap tubuh Anda.

    BalasHapus
  12. 5
    Efek samping CPZ
    Pusing atau sakit kepala
    Mengantuk
    Pandangan kabur
    Mulut kering
    Mual
    Gemetaran
    Gelisah
    Perubahan berat badan
    Sulit tidur
    Perubahan emosional
    Gangguan menstruasi
    Detak jantung yang cepat
    Konstipasi atau diare
    Sulit buang air kecil.

    BalasHapus