ANTIHISTAMIN
Anti
histamin adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja
histamin pada reseptornya. Histamin sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu histos yang berarti jaringan, adalah autakoid yang berperan penting pada
aktivitas organ tubuh baik pada proses yang fisiologis maupun patologis
Klasifikasi
·
Antihistamin (AH) dapat dibedakan berdasarkan
reseptornya dalam tubuh yaitu Antihistamin tipe 1 (AH 1), tipe 2 (AH 2), tipe 3
(AH 3), dan tipe 4 (AH 4). Namun hingga saat ini yang berkembang masih Antihistamin
tipe 1 (AH 1) dan Antihistamin tipe 2 (AH 2). Antihistamin tipe 2 (AH 2)
umumnya digunakan sebagai terapi gangguan gastrointestinal, sementara untuk
kelainan kulit umumnya digunakan Antihistamin tipe 1 (AH 1).
·
AH1 dibedakan berdasarkan
penemuannya dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap
SSP menjadi generasi I dan II. AH1 generasi 1 lebih memiliki
kemampuan sedativa daripada AH 1 generasi 2, karena sifat AH generasi 1 yang
lebih lipid soluable, sehingga mudah masuk ke CNS dan memblokade reseptor
otonom,sementara AH1 generasi 2 kurang lipid soluable sehingga sulit menembus
CNS.
Rumus umum
Antihistamin
Mekanisme kerja:
·
Antihistamin tipe H1 bekerja dengan
cara competitif inhibitor terhadap histamin pada reseptor jaringan,
sehingga mencegah histamin berikatan serta mengaktivasi reseptornya. (Fitzpatrick,
Wolverton, Katzung Arndt) Ikatannya reversibel dan dapat
digantikan oleh histamin dalam kadar yang tinggi. (Fitzpatrick, Katzung). Dengan
menghambat kerja dari histamin, terjadi berbagai pengaruh yang ditimbulkan
antihistamin, yaitu menghambat peningkatan permeabilitas kapiler dan edema yang
disebabkan oleh histamin serta menghambat vasokonstriksi. Obat ini lebih
efektif jika diberikan sebelum pelepasan histamin. Pada pemberian awal,
antihistamin dapat mencegah edema dan pruritus selama reaksi
hipersensitivitas, sehingga banyak keuntungan yang didapat jika digunakan untuk
pencegahan urtikaria kronik idiopatik.Wilkin Antihistamin tipe H1
klasik ini juga memiliki aktivitas antikolinergik, efek anestesi
lokal, antiemetik, dan anti mabuk perjalanan.(Fitzpatrick, Goodman
and Gillman) Beberapa antihistamin tipe H1 mempunyai kemampuan untuk
menghambat reseptor α-adrenergik
atau reseptor muskarinik kolinergik, sedangkan obat lain mempunyai efek
antiserotonin. (Fitzpatrick)
Antagonis
H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin H1,adalah
senyawa yang dalam kadar rendah da[at menghambat secara bersaing kerja
histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan
mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca,misalnya radang selaput
lender hidung,bersin,gatal pada mata,hidung dan tenggorokan,dan gejala alergi
pada kulit,seperti pruritik,urtikaria,ekzem,dan dermatitis.
Selain
itu antagonis H1 juga digunakan sebagai antiemetik,antimabuk,antiparkinson,antibatuk,sedative,antipisikotif
dan anastesi setempat. Antagonis H1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronchial
dan syok anafilatik. Kelompok ini menimbulkan efek potensial
dengan alcohol dan obat penekan system saraf pusat lain. Efek samping antagonis
H1 antara lain mengantuk,kelemahan otot,gangguan koordinasi pada waktu
tidur,gelisah,tremor,iritasi,kejang dan sakit kepala. Secara umum antagonis H1
digunakan dalam bentuk garam HCl,sitrat,fumarat,fosfat,suksinat,tartrat dan
maleat,untuk meningkatkan kelarutan dalam air. Berdasarkan stuktur kimianya
antagonis H1 dibagi menjad beberapa kelompok
yaitu :
1.
Turunan
Eter Aminoalkil
Stuktur
Umum : Ar(Ar-CH2)CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh :
1.
Difenhidramin
HCl (benadryl),merupakan
antihistamin kuat yang mempunyai efek sedatif dan antikolinergik,Senyawa ini
digunakan untuk pengobatan berbagaia reaksi alergi seperti
pruritik,urtikaria,ekzem,dermatitis atopik,rhinitis,untuk antipasmodik
(antikolinergik),antiemetik dan obat batuk. Difenhidramin diikat oleh plasma
protein 80 -98%,kadar plasma tertinggi dicapai 2 – 4 jam setelah pemberian
oral,dengan waktu paro plasma ± 9 jam.
2.
Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo) adalah garam yang terbentuk dari
difenhidramin dan 8-kloroteofilin. Dimenhidrat digunkan untuk
antimabuk,diberikan 1,5 jam sebelum berpergian,dan antimual pada wanita
hamil.Efek parmakologis ini berhubungan dengan aktivitas dari difenhidramin.
3.
Karbinoksamin
HCl (Clistin),mengandung satu atom
C asimetrik yang mengikat dua cincin aromatik. Bentuk yang aktif adalah isomer
levo dengan konvigurasi S karena dapat berinteraksi secara serasi dengan
reseptor H1. Karbinoksamin menimbulkan efek sedasi yang lebih ringan disbanding
difenhidramin.
4.
Klorfenoksamin
HCl (systral) penyerapan dalam
saluran cerna rendah sehingga untuk memperoleh efek sistematik diperlukan dosis
cukup besar. Klorfenoksamin lebih sering digunakan secara setempat untuk
antipruretik dan antialergi.Obat ini juga digunakan untuk analgesic karena
mempunyai efek anastesi setempat.
5.
Klemestin
Fumarat (Tavegyl) merupakan antagonis
H1 kuat dengan masa kerja panjang. Efek antikolinergik dan penekan system saraf
pusatnya kecil.Bentuk yang aktiv adalah isomer dekstro dengan puasat kiral
membentuk konfigurasi R. Klamestin digunakan untuk memperbaiki gejala pada
alergi rinitis,dermatosis,seperti pruritik,uritrakia,ekzem,dermatitis atau
erupsi,dan sebagai antikolinergik.Klamestin diserap secara cepat dan sempurna dalam
saluran cerna.Kadar plasma tertinggi dicapai setelah ± 5 – 7 jam,dengan masa
kerja panjang ± 10 – 12 jam.
6.
Piperinhidrinat (Kolton),difenilpiralin 8-kloroteofilinat, digunakan
terutama untuk pengobatan rinitis,alergi konjugtivitas dan demam karena alergi
Dosis 3 – 6 mg 2 dd.
2. Turunan Etilendiamin
Stuktur
Umum : Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh
1.
Tripelenamin
HCl (azaron,Tripel),mempunyai efek
antihistamin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih
rendah.Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai
efek anastesi setempat.Efektif untuk pengobatn gejala alergi kulit,seperti
pruritis dan urtikaria kronik.
2.
Antazolin
HCl (Antistine) mempunyai
aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain.
Antazoin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk
pemakain setempat dua kali lebih besar dibanding prokain HCl.Dosis untuk
obat mata : larutan 0,5%
3.
Mebhidrolinnafadisilat (Incidal,Histapan),Stukturnya mengandung rantai
samping amenopropi dalam system heterosiklik karbonil dan bersifat kaku.
Senyawa tidak menimbulkan efek analgesic dan anestesi setempat. Mehibdrolin
digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal,seperti dermatitis dan
ekzem,konjugtivitas,dan asma bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna
relatif lambat,kadar plasma tetinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara
bertahap sampai 8 jam.
3. Turunan
Alkilamin
Stuktur
Umum : Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh
:
1.
Feniramin
Maleat (Avil) merupakan turunan
alkilamin yang mempunyai efek antihistamin H1 terendah.
2.
Klorfeniramin
Maleat (Chlor –Trimeton =
CTM.,Cohistan,Pehachlor) merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak
digunakan dalam sediaan kombinasi. Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin
aromatic feniramin maleat akan meningkatkan aktivitas 20 kali lebih besar
dibanding feniramin dan batas keamananya 50 kali lebih besar dibanding
tripelinamin.Penyerapan Obat dalam saluran cerna cukup baik ± 70% obat terikat
oleh protein plasma .Kadar darah tertinggi dicapai 2 – 3 jam setelah pemberian
oral,dengan waktu paro plasma 18 – 50 jam.
3.
Deksklorofeniramin
Maleat (Polaramine,Polamac) adalah
isomer dekstro klorfeniramin maleat,mempunyai aktivitas yang lebih besar
dibanding campuran resematnya
4.
Dimetinden
Maleat (fenisitil) aktif dalam bentuk
isomer levodigunakan untuk pengobatna pruritik dan berbagai bentuk alergi ,awal
kerja cepat 20 – 60 menit setelah pembaerian oral dengan efek berakhir pada 8 –
12 jam.
4.
Turunan
Piperazin
Turunan piperazin mempunyai efek
antihistamin sedan,dengan awal kerja lambat dengan masa
kerja
panjang ± 9 – 24 jam.
Contoh :
1.
Homoklorsiklizin (Homoclomin) mempunyai spectrum kerja luas merupakan
antagonis yang kuat terhadap histamin,serotonin dan asetilkolin,serta dapat
memblok kerja bradikinin slow reacting substance of anaphylaxis
(SRS-A).Homoklorsiklizin digunakan untuk alergi dermal,seperti pruritis,ekzem
dermatitis dan erupsi,serta alergi rinitis.Penyerapan obat dalam saluran cerna
cukup baik,kadar plasma tertinggi dicapai 1 jam setelah pemberian oral
2.
Hidroksizin
HCl (Iterx),dapat menekan
aktivitas daerah tertentu subkortikal system saraf pusat sehingga digunakan
untuk memperbaiki gejala ketegangan dan kecemasan pada psikoneurosis dan
sebagai sedative pada pramedikasi anestesi.Hidroksizin juga mempunyai efek
antihistamin,bronkodilator,analgesic dan antiemetik.Penyerapan obat dalam
saluran cerna cepat,awal kerja cepat ± 15 – 30 menit.Kadar darah tertinggi
dicapai ± 2 jam setelah pemberian oral.dengan waktu paro plasma ± 12 – 20 jam.
3.
Oksatomid (Tinset) merupakan antialergi baru yang efektif
terhadap berbagai jenis reaksi alergi.Mekanisme kerjanya berbeda dengan
antihistamin klasik lainya yaitu dengan menekan pengeluaran mediator kimia dari
sel mast,sehingga menghambat efeknya.Kerja antialergi lebih luas dibanding
antihistamin klasik lainya yang hanya memblokade efek dari histamin. Oksatomid
digunakan untuk pencegahan dan pengobatan alergi rinitis ,urtikaria kronik dan
aergi makanan.Oksatomid juga untuk asam ekstrensik tetapi tidak untuk
pencegahan. Pada umumnya diberikan
Klorfeniramin
Klorfeniramin merupakan antihistamin sedatif dari golongan alkilamin yang
paling poten dan stabil. Setelah pemberian dosis tunggal per oral,
klorfeniramin diabsorbsi dengan baik dan cepat pada saluran pencernaan,
mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 30-60 menit, melalui metabolisme
pertama di hati dan di mukosa saluran pencernaan selama proses absorbsi,
kemudian didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh termasuk susunan saraf
pusat.(Jalbani, Murphy). Sebanyak 50% dari dosis yang diberikan
diekskresikan terutama melalui urin dalam waktu 12 jam dalam bentuk asal dan
metabolitnya. (Murphy)
Lama kerja dari klorfeniramin adalah
4-6 jam.(Goodman and Gilman) Dosis yang diberikan 4-6 mg peroral
dapat diberikan 3-4x/hari, dengan dosis maksimal 24 mg per hari baik pada
anak-anak dan dewasa. (Arndt)
Sediaan:
-
Klorfeniramin elixir, 2 mg/5ml: 120 ml, 480 ml (Arndt)
-
Klorfeniramin tablet 2 mg dan 4 mg (Arndt)
-
Klorfeniramin retarded tablet 8 mg dan 12 mg (Arndt)
Difenhidramin
Difenhidramin adalah derivat etanolamin yang sering digunakan dalam praktek
sehari-hari, diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral. Obat ini
mengalami metabolisme pertama di hati, dan hanya 40%-60% dari dosis
pemberian yang mencapai sirkulasi sistemik, didistribusikan secara luas ke
seluruh tubuh, termasuk sistem saraf pusat. Kadar puncak plasma dicapai dalam
waktu kurang lebih 1-5 jam dan bertahan selama 2 jam. Waktu paruh bervariasi
dari 2,4 sampai 10 jam. (Goodman and Gillman, Murphy)
Difenhidramin
tidak dapat diberikan secara subkutan, intradermal atau perivaskular karena
sifatnya yang iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis setempat pada pemberian
secara subkutan dan intradermal. Difenhidramin tidak dapat menembus
jaringan kulit yang intak pada pemberian secara topikal, bahkan dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas. (Murphy)
Dosis pemberian
adalah 25 mg-50 mg per oral, dosis maksimal 300 mg/hari, dengan lama kerja 4-6
jam. (Arndt, Goodman and Gilman) Pemberian 100 mg atau lebih dapat
menyebabkan hipertensi, takikardia, perubahan gelombang T dan pemendekan dari
diastole. (Arndt)
Sediaan :
-
Difenhidramin kapsul 25 dan 50 mg (Arndt)
-
Difenhidramin elixir (12,5 mg/5 ml): 120 cc, 480 cc (Arndt)
-
Difenhiramin
injeksi (50 mg/ml) : 1 ml ampul
-
Difenhidramin spray : 60 ml (Arndt)
Hidroksizin
Hidroksizin merupakan derivat dari piperazin, sering digunakan sebagai
transquilizer, sedatif, antipruritus dan antiemetik. Kadar plasma
biasanya dicapai dalam 2-3 jam setelah pemberian per oral, dengan waktu
paruh 6 jam kemudian diekskresikan ke dalam urin. (Murphy)Hidroksizin
merupakan obat pilihan untuk pengobatan dermatografisme dan urtikaria
kolinergik, dapat digunakan sendirian ataupun kombinasi dengan antihistamin
lainnya untuk manajemen pengobatan urtikaria kronis, urtikaria akut, dermatitis
kontak, dermatitis atopik dan pruritus yang diinduksi oleh histamin. Lama kerja
dari obat ini adalah 6-24 jam dengan dosis pemberian 10 mg sampai 50 mg
peroral, setiap 4 jam.(Arndt)
Sediaan:
-
Hidroksizin tablet 10 mg, 25 mg, 50 mg dan 100 mg (Arndt)
-
Hiroksizin injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml (Arndt)
-
Hidroksizin sirup 10 mg/5ml: 240 ml, 480 ml(Arndt)
Pertanyaan
1.
Apa saja efek samping dari antihistamin
? dan sebutkan efek samping yang pada umumya paling sering timbul ?
2.
Sebutkan turunan Antihistamin H2 !
3.
Dari turunan antihistamin H1 manakah
yang paling sering digunakan ?
4.
Bagaimana distribusi, metabolisme dan
eksresi dari antihistamin ?
5.
Bagaimana anantagonis H2 dapat
ditemukan ?
6.
Apa saja sediaan antihistamin yang
sering digunakan di masyarakat ?
7.
Apakah antihistamin terdapat kontra
indikasi dengan makanan dan obat lain ?
1. efek umum yang sering terjadi
BalasHapusMengantuk, Pusing, Sakit kepala, Nyeri perut, Sulit buang air kecil, Penglihatan kabur.
Benar yg dikatakan yanti, Biasanya efek sedatif / mengantuk yg paling kuat atau sering terjadi
Hapusya saya setuju dengan Yanti dan Sindy, namun efek mengantuk ini paling parah ditimbulkan pada antihistamin generasi pertama seperti CTM. Pada obat AH generasi kedua seperti cetirizine telah menimbulkan efek sedasi yang minim
Hapussaya setuju dengan jawaban kak hilda, jadi pada AH generasi kedua efek sudah berkurang daripada generasi pertama
Hapussaya sependapat, efek sedasi pada AH generasi kedua telah berkurang dimana obat ini dimodifikasi dnegan dibuat lebih hidrofil dibandingkan AH generasi pertama
Hapusnmr 6 biasanya yg digunakan di pasaran adalah tablet
BalasHapusDan biasanya yg sering digunakan oleh ibu hamil paling aman adalah loratadin
Hapusbiasanya dapat juga berupa sirup dan kapsul
HapusSaya akan mncoba mnjwab pertnyaan no 1 mngenai efek samping dari histamin yaitu Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tengg orokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.
BalasHapusno 6 antihistamin yang sering digunakan adalah Dexchlorpheniramine,Diphenhydramine (Benadryl) dan CTM.
BalasHapusya benar Tika, biasanya obat seperti CTM dan dipenhydramine digunakan untuk obat pilek karena pilek bisa timbul akibat adanya alergen dari lingkungan
HapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Contoh Antihistamin H2 adalah sebagai berikut:
BalasHapus1. Semitidin(Cimet, Corsamet, Nulcer, Tagamet, Ulcadine)
2. Ranitidin ( Ranin, Ranatin, Ranatac, Zantac, Zantadin)
3. Famotidin (Facid, Famocid, Gaster, Ragastin, Restidin)
Pertanyaan no.7
BalasHapusKontraindikasi Antagonis H1
1. Wanita hamil dan menyusui, kecuali prometazin, doksilamin, dan terfenadin dapat digunakan oleh wanita hamil.
2. Asma terutama pada anak
3. Pengemudi/orang yang menjalankan mesin, terutama generasi I
4. Glaucoma dan hipertrofi prostat, terutama generasi I
5. Gangguan kardiovaskuler dan hepatik, terutama penggunaan terfenadin dan astemizol
Kontraindikasi Antagonis H2
1. Penggunaan simetidin harus hati-hati pada orang tua dan gangguan hati.
2. Hati-hati penggunaan ranitidin, famotidin, dan nizatidin pada wanita menyusui
Daftar Pustaka
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 4.
BalasHapusCetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis selektif reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine hampir bebas dari efek anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan “late allergic response”
Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai konsentrasi maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam melalui pemberian tablet atau sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat diberikan multi cetirizine ( 10 mg sehari selama 10 hari),konsentrasi puncak plasma rata-rata (Cmaks) adalah 311 ng/ml. dalam penelitian tidak ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizine linier pada dosis oral berkisar antara 5-60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah bawah kurva (AUC) cetirizine, tetapi Tmaks mengalami penundaan 1,7 jam dan Cmaks menurun hingga 23% karena adanya makanan.
Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%, tidak tergantung pada konsentrasi dengan kisaran antara 25-1000 ng/ml, yaitu termasuk level terapeutik plasma yang diobservasi.
Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui feses. Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass metabolism) yang rendah. Cetirizine dimetabolisme secara terbatas melalui O-dedikilasi oksidatif menjadi sebuah metabolit dengan aktivitas antihistamin yang tidak berarti.
Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam studi farmakokinetik adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizine adalah kira-kira 53 ml/menit.
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 1
BalasHapusSama seperti obat-obat lain, antihistamin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat ini adalah:
Mengantuk
Mulut kering atau disfagia
Pusing
Sakit kepala
Nyeri perut
Sulit buang air kecil
Mudah marah
Penglihatan kabur
iya saya setuju dengan kak lista, namun yang paling sering muncul adalah efek mengantuk
Hapus2. Obat antagonis H2: cimetidine, ranitidine, famotidine
BalasHapus3. AH1 yang paling sering digunakan Loratadin, terfenadin, dan astemizol, obat-obat tersebut memiliki efek mengantuk sangat lemah.
BalasHapus4. dimetabolisme dihati dan diekskesikan lewat urin
BalasHapus5.Antagonis H2 adalah kelas obat yang menghalangi aksi histamin pada reseptor histamin H2 dari sel-sel parietal dalam lambung
BalasHapus6. Antihistamin yang saat ini menjadi perhatian para klinisi dan lebih mulai dipertimbangkan dalam penggnaan klinis adalah Cetirizine yang merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor histamin-1(H1) generasi kedua yang aman digunakan pada terapi alergi. Selain mempunyai efek antihistamin, cetirizine juga mempunyai efek antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui penghambatan kemotaksis sel inflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine juga tercapai melalui penghambatan ekspresi molekul adhesi yang berperan dalam proses penarikan sel inflamasi
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 5. Pengembangan AH2 didasarkan pada pengamatan bahwa AH1 tidak berefek pada peningkatan sekresi asam lambung yang disebabkan oleh histamin. Manipulasi molekular molekul histamin menghasilkan obat-obat yang menghambat sekresi asam dan tidak memperlihatkan efek agonis atau antagonis terhadap H1. Seperti reseptor histamin lainnya, reseptor H2 memperlihatkan aktivitas konstitutif, dan sebagian penghambat H2 adalah agonis inversa.
BalasHapusKontraindikasi Antagonis H1
BalasHapus1. Wanita hamil dan menyusui, kecuali prometazin, doksilamin, dan terfenadin dapat digunakan oleh wanita hamil.
2. Asma terutama pada anak
3. Pengemudi/orang yang menjalankan mesin, terutama generasi I
4. Glaucoma dan hipertrofi prostat, terutama generasi I
5. Gangguan kardiovaskuler dan hepatik, terutama penggunaan terfenadin dan astemizol
saya akan menambah kan Kontraindikasi Antagonis H2
1. Penggunaan simetidin harus hati-hati pada orang tua dan gangguan hati.
2. Hati-hati penggunaan ranitidin, famotidin, dan nizatidin pada wanita menyusui
distribusi obat ini masuk ke peredaran darah, nantinya dimetabolisme di hati dan eksresi lewat urin setelah difiltrasi di ginjal
BalasHapussaya juga akan menjawab pertanyaan nomor 3
BalasHapusyang paling sering digunakan seperti,difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine dan prometazine
Pertanyaan no 1
BalasHapusEfek samping antihistamin :
Mengantuk.
Mulut kering atau disfagia
Pusing
Sakit kepala
Nyeri perut
Sulit buang air kecil
Mudah marah
Penglihatan kabur
Dan efek samping yang paling utama adalah mengantuk sehingga penggunaannya tidak dianjurkan untuk orang yang sedang berkendara dan menjalankan alat berat
saya setuju dengan mimi, efek yg paling sering timbul adalaah efek sedasi/mengantuk
Hapussaya mencoba menjawab soal nomor 3
BalasHapusPada dasar nya yang paling sering digunakan seperti:
1.difenhidramina
2.loratadina
3.desloratadina
4.meclizine
5.quetiapine
6.prometazine
namun juga ada efek-efek lain Thamrin,
HapusEfek Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru.
Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna.
Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut sempit.
Jenis-jenis antihistamin generasi pertama antara lain clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine, ketotifen dan promethazine
BalasHapus5.Antagonis H2 adalah kelas obat yang menghalangi aksi histamin pada reseptor histamin H2 dari sel-sel parietal dalam lambung
BalasHapusTerkait pertanyaan no 7, Obat ini bisa dikonsumsi oleh kebanyakan orang, tapi ada beberapa kalangan yang tidak direkomendasikan mengonsumsinya. Mereka adalah penderita diabetes, asma, epilepsi, gangguan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati, dan tekanan darah tinggi. Antihistamin bisa memperburuk kondisi mereka. Jadi kemungkinan kontra indikasi dapat dengan obat-obat terkait penyakit tersebut.
BalasHapusSediaan antihistamin yg byk dikonsumsi masyarakat tentu tablet ya lola, namun trgantung dri keparahan inflamasi yg diderita. Jk inflamasi berat bsa inj dan tablet/oral. Namun jk pd kulit biasa merah bsa pakai sediaan topikal...
BalasHapusSediaan antihistamin yg byk dikonsumsi masyarakat tentu tablet ya lola, namun trgantung dri keparahan inflamasi yg diderita. Jk inflamasi berat bsa inj dan tablet/oral. Namun jk pd kulit biasa merah bsa pakai sediaan topikal...
BalasHapus